My Work

books.jpgI am a historian and a journalist, currently working with the Friedrich Naumann Foundation, a political foundation in Jakarta. I used to work for a weekly magazine D&R were supposed to be standing for Detektif & Romantika, but in the atmosphere of reform it changed into Demokrasi & Reformasi. My journalistic life continues work for a Japanese daily newspaper, Yomiuri Shimbun, the biggest circular newspaper in Japan. I had been worked covering national economic issues and a special assignment for East Timor, now become a new country called Timor Lorosae.Β 

I spent a year working with Indonesia Corruption Watch (ICW) before joining Friedrich Naumann Foundation, for monitoring and investigating World Band and Asian Development Bank project funded. This is makes me involved in the campaign and establishment of Koalisi Anti Utang (Anti Debt Coalitions) and a national-wide anti corruption campaign.

Below are links to some of my works:

24 responses to “My Work

  1. Ternyata sampean “buka orang biasa!”. “orang gila!”

  2. Lebih baik menjadi orang “gila” namun disadari oleh orang lain karena “kegilaannya,” daripada tergila-gila untuk menjadi “sadar” dan berharap tak dianggap “gila” oleh orang lain…..he….he…..he…

  3. anda mengamati kehidupan demokrasi ya?
    tapi kata orang, demokrasi yang sekarang kita puja adalah demokrasi ala barat.
    lalu..
    bagaimana dengan demokrasi yang lain?
    contohnya,yang terjadi di Kuba. disana ada pemilu, orang memilih Castro untuk memimpin mereka.bagaimana tanggapan anda tetntang Kuba?saya ingin tahu lebih banyak tentang negara itu, mohon bantuannya.thanks.
    anyway,nice to know you..

  4. Ngomong soal demokrasi… Sepertinya makai gaya rembukan ala masyarakat asli Indonesia saja yah.

  5. Di Indonesia saat ini, yg urgen utk diwacanakan bukan lagi demokrasi. Demokrasi ternyata membutuhkan KESIAPAN mental dan intelektual!

    Sejak reformasi mampu menjebol tirani kekuasaan otoriter beberapa tahun lalu, siapa sih di negeri ini yang tidak “berkuasa” ? Semua orang, dari orang gembel sampai preman berduit, semuanya berkuasa, apalagi penguasanya.

    Coba aja lihat wajah negeri ini karena terkecoh oleh propaganda demokrasi karbitan. Semuanya bebas tanpa aturan. Yang sdg berkuasa bebas ngembat dan ngutil uang negara, yang tidak berkuasa bebas berlaku seenaknya dimana-mana tanpa ada manner yang bermartabat. Akibat lain yg benar-benar tampak di depan mata, rakyat kecil dan kaum marjinal jadi pede gak ketulungan meskipun kepedeannya tidak dia sadari telah against-the-law. Sekali lagi, apalagi yg berkuasa dan pinter-pinter, pedenya minta ampun, lha wong mereka mengerti celah hukum.

    Jadi, omong kosong demokrasi, kalau bangsa ini masih LAPAR, bermental kere dan ndeso, serta kampungan.

    Kalau bangsa ini sudah enggak kere lagi, sudah enggak lapar, punya intelektual, punya manner serta disiplin tinggi, sebenarnya mau demokrasi mau monarchy, atau mau otoriter lagi, ujung-ujungnya akan menjadi bangsa yang bermartabat.

    Banyak kok contoh negara-negara di eropah yang monarchy, tapi bangsanya gak kelaparan kayak kita.

    Kita belum siap nih boss, sudah keburu kemasukan iklan demokrasinya amerika. Kita, maksudnya bangsa kita keseluruhan. Kalo “kita” yang bisa akses internet sih mungkin semuanya sudah “mapan”, tapi separoh populasi rakyat indonesia itu masih kere, ndeso, kampung, dan laper!

    kesiaaaaan deh kita.

  6. mas, kedai kebebasannya keren tuh πŸ™‚
    masih kontak2x sama temen2x ICW? kayanya temen2x kampus saya masih banyak disana πŸ™‚
    **) Terima kasih sudah melongok Kedai Kebebasan dan melink-nya mas…. πŸ˜‰ Saya masih ketemu dengan Kang Teten atau Luky Djani (skrg mungkin di Singapore). Dulu saya kerja sama-sama dengan Agam, Zaky, dan Diah…..

  7. wah, hebat ada blog yang isinya tentang peduli indonesia. jarang-jarang yang mantap seperti ini… boleh dong ikut wacananya tiap saat.
    **Sudah tentu boleh Mas, dengan senang hati….Tapi blog ini masih jauh dari hebat…. (Masih kampungan..) πŸ˜‰

  8. Dik Thamrin,
    kesejarahan erat kaitannya dengan Garis Skenario milik Tuhan..
    Dan sepertinya titik ini adalah awal kesejarahan kita untuk saling mengenal.
    Dik Tham seneng berantas korupsi?
    saya juga..plus mau brantas MLM!
    he..he..he..

  9. Saya merasa pernah mengenai anda. sektar atu bulan lalu di kabuaten wonosobo, Jawa tengah. Dalam sebuah acara pendidikan untuk kepala desa
    benarkah yang saya tulis?
    Salam

    **Wuallah Mas Tajib ini yang ketemu saya di Hotel Dewi toh….? πŸ™‚

  10. cila mustika sari

    bagaimana sih cara membuat my blog yang baik dan muad terimakasih.

  11. cila mustika sari

    bagaimana sih cara membuat my blog yang baik dan mudah dipahami?soalnya saya ada tugas nih.saya tuggu balasan email-nya.terimah kasih

  12. Salam kenal Pak.

    Bulan Mei 2005 lalu saya diundang FNSt ikut seminar tentang kebebasan pers dan informasi di Gumersbach, Jerman.

    Apa saat itu Bapak sudah bergabung dengan FNSt?

    Kalau berkenan blog saya dilink di blog Bapak.

    Trims…

    **Sudah, sayang tidak ketemu saat Bapak ke kantor. Tentunya saya senang hati melink blog Bapak, sebagai alumni FNSt! πŸ™‚

  13. lam kenal mas thamrin kok nggak mampir ke blog saya lagi hehe…

  14. mas,minta nomor hotline luky djani dong.. thx

  15. Mas Thamrin…waduh, akhirnya nemu juga blog-nya. freedom, hm….kata yang harus di-interpretasikan dengan bijaksana karena akal budi yang kita miliki memang antara terbatas dan tidak terbatas. but, keep going and fight to find the essential of freedom in universe:-))

  16. mas, mohon sampaikan ke L. Djani di singapore tuk hub saya di 021-68307777.. saya Sofjan Jendy mas, lg butuh bantuan secara pribadi…

  17. hubungi saya di 021-71214507 ya mas luky djani… mau bayar hutang ke orang,thx ditunggu..

  18. Chatab bin Basra

    dari Blog Diskusi Ekonomi

    Chatab bin Basra,

    Aduh, Kang Mas Thamrin, jangan marah dulu donk. Saya anonim karena nggak sempet bikin blog dan agak gaptek.

    Memang Pemda DKI punya uang triliunan buat bikin apapun. Tetapi masalahnya, anda terlalu Jakarta sentris pola pikirnya. Kalau anda setuju untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jakarta. Mengapa kita nggak fokus ke situ saja dulu. Masalah Jakarta, serahkan pada ahlinya. Kan begitu kata sang gubernur terpilih. Jadi, rupanya logika pikiran anda masih ngaco juga ya πŸ˜›

  19. waa,,,, makasih pak atas kuliah politiknya (walopun awak ndak ngerti :mrgreen: )

    yo, wes, sukses ya!

  20. wah ternyata anda seorang journalis, nah anda pasti tahu banyak tentang politik di indonesia, kalo boleh saya beranggapan sepertinya tahun 2008 ini ga jauh beda di thn 60 an, dimana serba sulit,..dan anehnya presiden yg kita miliki, yg saya tahu selalu digulingkan oleh Mahasiswa,..he he, namun yang terjadi setelah pergantian,ya tetep aja sistem yg digunakan serupa, namun beda pemimpin,,menurut anda adakah pemimpin muda yang progesive dan mampu membawa bangsa ini kembali berjalan, bukan jalan ditempat, ….

  21. duuuh .. susah y nyari cerita pake bhasa sunda .. !!

  22. WuUiiih, ..
    kaya’e ne slh satu tempat ngumpulnya para kaum anti-korupsi neh, πŸ˜€ ..

    sbg s’orang pendatang baru yg awam, razanya akan tlalu katrok klo saya langsung nyoba comment di blog yg macem gini.
    Tapi razanya seneng banget paz ketemu ma orang” yg msh punya komitmen kuat kpd rakyat.
    Salam Kenal, Maz :)v.

Tinggalkan komentar